BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di era globalisasi , maka kebutuhan pendidikan oleh masyarakat juga harus semakin berkembang. Agar lulusan suatu
pendidikan dapat sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan upaya-upaya
mempersiapkan para siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan, guna memasuki era
globalisasi yang menuntut kemampuan khusus terutama pada mata pelajaran
matematika, serta untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis
kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Menurut Sutawijaya (1997 :
177), memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan
sehari-hari siswa memerlukan keterampilan matematika.
Matematika berkaitan dengan
kehidupan bermasyarakat. Image dalam masyarakat tentang Matematika adalah suatu
bidang studi yang sulit dipelajari. Hal ini tercermin pada rendahnya prestasi
belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika dibanding dengan bidang studi
lainya. Dengan melihat kenyataan tentang rendahnya prsetasi belajar siswa
terhadap pembelajaran Matematika, perlu dilakukan penelitian dan kegiatan
pembelajaran Matematika sebagai suatu bagian dari upaya peningkatan prestasi
belajar siswa.
Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan baik melalui
penataran, penyempurnaan kurikulum, peningkatan sarana dan prsarana, maupun
pengadaan buku-buku dan media pembelajaran.
Upaya-upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika sampai saat ini belum
diperoleh kemajuan yang signifikan.
Berdasarkan
pengalaman sebagai guru mata pelajaran matematika maupun sebagai guru kelas , selama bertugas di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, perbaikan pembelajaran matematika
sudah sering dilakukan. Upaya perbaikan yang dilakukan baik melalui
penyelenggaraan kegiatan pelatihan, penataran, maupun pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG). Akan tetapi hasil
peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran matematika, belum
menunjukkan perubahan yang signifikan. Berdarkan observasi penulis
terhadap proses
pembelajaran pada mata pelajaran matematika, khususnya dalam penyampaian materi
menentukan bentuk bangun datar di kelas VIII, proses
pembelajaran didahului dengan penyampaian informasi dan penjelasan dari guru,
kemudian siswa menyimak sambil menulis materi yang disampaikan atau hanya menjawab pertanyaan dari guru. Hasil
yang diperoleh melalui cara seperti ini masih kurang memuaskan, dan belum
sesuai dengan harapan yang ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran
tersebut siswa terlihat tidak menunjukkan aktivitas yang dinamis. Siswa kurang
memiliki minat dan motivasi belajar. Bahkan diantara siswa ada yang ribut dan tidak
ikut berperanserta aktif dalam kegiatan kelompok belajar mengerjakan lembar
tugas yang diberikan guru.
Selama ini hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran matematika dapat dikatakan selalu rendah jika dibanding dengan
mata pelajaran lain. Salah satu faktor yang penyebabnya adalah kurangnya
strategi yang digunakan dalam pembelajaran matematika (Gani, 2004). Pendekatan contextual teaching and learning
selanjutnya disingkat CTL merupakan salah satu pendekatan yang sangat penting
dalam pembelajaran matematika dewasa ini, karena di samping sebagai tujuan umum
pembelajaran matematika dapat juga menumbuhkembangkan minat dan menghargai
kemanfaatan matematika dalam penerapannya pada ilmu lain dan dalam kehidupan
sehari-hari.
Rauf
(2004) melaporkan hasil penelitian bahwa pembelajaran
kontekstual meningkatkan pemahaman konsep siswa, meningkatkan kemampuan koneksi
matematik siswa, dan memberi respon positif terhadap pembelajaran kontekstual
yang didukung oleh respon positif terhadap matematika. Atas dasar ini dilakukan
penelitian tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep pengukuran bangun ruang
dengan menggunakan pendekatan CTL di Madrasah Tsanawiyah.
Untuk itu proses
belajar mengajar hendaknya mengacu pada bagaimana siswa belajar selain kepada
apa yang ia pelajari. Hal ini sesuai dengan hakekat belajar matematika, yaitu
bahwa belajar matematika pada dasarnya belajar berbuat dan berpikir. Ini sesuai
juga dengan hakikat matematika ditinjau dari segi ilmu, yaitu bahwa matematika
merupakan suatu cara berpikir logis.
Proses belajar
matematika merupakan interaksi yang menyangkut hasil belajar langsung berupa
fakta, prinsip, dan keterampilan matematika, maupun hasil tidak langsung
seperti pembuktian rumus, pemecahan masalah alih belajar, pengembangan intelektual, bekerja individual
atau kelompok, dan sikap.
Memahami sifat-sifat kubus,
balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya merupakan salah satu materi yang cukup sulit untuk dipahami siswa kelas VIII. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata hasil
belajar siswa kelas VIII MTsN Negara tahun pelajaran 2012 / 2013 pada materi yang dijelaskan di atas masih
di bawah standar KKM yaitu 63,00, nilai ini di bawah
nilai ketuntasan belajar dari KKM Kelas VIII MTsN Negara yaitu 70,00.
Melihat nilai
tersebut perlu menjadi suatu
pemikiran bagi setiap guru utamanya bagi peneliti, bagaimana untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Jika dalam proses pembelajaran
guru masih
menggunakan media pembelajaran
sederhana berupa gambar hitam putih di papan tulis , dan masih
menggunakan alat peraga yang kurang menarik bagi siswa serta dalam pelaksanaannya juga
masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang masih kurang sesuai dengan materi , maka tentu
saja hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai.
Upaya untuk meningkatkan aktivitas , motivasi dan
minat belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas perlu adanya usaha dan kiat guru
memilih model pembelajaran serta metode yang sesuai dan tepat. Menurut penulis
untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari konsep menentukan
bentuk bangun datar pada mata
pelajaran matematika maka guru perlu memilih media alat peraga atau alat bantu
pembelajaran serta model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan utamanya
pembelajaran di kelas.
Dari uraian di atas peneliti memiliki keinginan untuk
melakukan penelitian terhadap penggunaan media alat peraga dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi menentukan bentuk bangun datar pada siswa kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Negara Kabupaten
HSS melalui model pembelajaran CTL
Tipe Konstruktivisme yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian ini
dengan judul : “MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SISWA TENTANG MENGENAL BENTUK BANGUN
MEMAHAMI SIFAT-SIFAT KUBUS, BALOK,
PRISMA, LIMAS, DAN BAGIAN-BAGIANNYA, SERTA MENENTUKAN UKURANNYA DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO VISUAL ( CD PEMBELAJARAN INTERAKTIF) MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL TIPE
KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI
NEGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.”.
1.
Identifikasi
Masalah
Dari hasil pelaksanaan observasi dan refleksi awal dalam
pelaksanaan pembelajaran pada pembelajaran awal tentang Memahami sifat-sifat
kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya
penulis mencoba melakukan identifikasi masalah yang ditemukan di lapangan antara lain yaitu ; masih banyak siswa yang
sukar memahami dan menentukan bentuk
bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya serta kesulitan dalam
menggambarkan bentuk bangun datar tersebut. Selain itu
minat dan motivasi belajar siswa masih rendah dan banyak siswa yang tidak berperanserta dalam
bekerja dalam tugas kelompok. Kemudian juga dari hasil pembelajaran nilai rata-rata belajar siswa
masih sangat rendah yaitu hanya mencapai 63,00 dibawah nilai ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah yaitu 70,00.
2.
Analisis Masalah
Dari hasil
identifikasi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, maka penulis
melaksanakan analisis masalah atas pelaksanaan proses pembelajaran tersebut
yaitu sebagai berikut :
a.
Mengapa siswa masih sulit memahami konsep Memahami sifat-sifat kubus,
balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya ?
b.
Bagaimana meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa pada materi Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya ?
c.
Mengapa nilai rata-rata hasil belajar siswa masih rendah di bawah nilai
standar ketuntasan minimal ?
3.
Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Untuk mengatasi kendala dan
permasalahan pembelajaran matematika pada materi Memahami sifat-sifat kubus,
balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya pada
siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara maka perlu dilaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan berbagai alternatif pemecahan masalah diantaranya adalah :
a.
Penggunaan media / alat peraga yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran
yaitu media Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ).
b.
Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yaitu model
pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme
c.
Penggunaan metode pembelajaran dengan berbagai metode ( variation methode )
yang tepat untuk meningkatkan minat dan
motivasil belajar siswa.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis permasalahan pembelajaran yang dilaksanakan
guru dalam
proses penyajian materi mata pelajaran matematika tentang Memahami sifat-sifat
kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya,
maka dalam penelitian tindakan Kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah
dengan penggunaan media Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) pada materi Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya akan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa ?
2.
Apakah
melalui penggunaan model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe
Konstruktivisme akan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya ?
3.
Apakah
dengan penggunaan media Video Visual
( CD Pembelajaran Interaktif ) melalui model pembelajaran
Contekstual Teaching and Learning Tipe
Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya
C. Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa tentang Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya dengan menggunakan media
Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) melalui
model pembelajaran CTL Tipe Konstruktivisme pada siswa Kelas VIII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Berdasarkan hasil
kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui fase – fase tindakan kelas
akan menjadikan feed back ( umpan balik
) bagi guru untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sehingga mencapai hasil yang
maksimal yaitu ketuntasan belajar siswa. Selanjutnya tujuan perbaikan pembelajaran yang
ingin dicapai tidak hanya dari segi pencapaian
secara kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa
tetapi juga dari segi kualitatif seperti peranserta keaktifan siswa dan kedinamisan proses
pembelajaran yang interaktif dan
komunikatif antara guru dan siswa.
D. Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan akan menghasilkan manfaat
utamanya bagi
peneliti , siswa , kepala sekolah serta
bagi sekolah itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
1.
Bagi siswa
Bagi siswa, untuk meningkatkan motivasi serta minat
belajar , maupun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran serta peningkatan hasil pembelajaran mata
pelajaran matematika, khususnya dalam pembelajaran Memahami sifat-sifat kubus,
balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
2.
Bagi guru
Pada penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih
baik dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat serta berbagai variasi metode yang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan materi pembelajaran.
3.
Bagi
kepala sekolah
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan supervisi dan pembinaan
bagi guru dalam menggunakan berbagai macam model pembelajaran terutama
pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme dalam proses belajar mengajar di sekolah dalam rangka
untuk meningkatkan kualitas proses dan mutu hasil belajar.
4.
Bagi
Sekolah
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas dan
efesiensi pembelajaran serta kualitas dan mutu out put bagi peserta didik sekolah dengan melaksanakan pelatihan penelitian tindakan kelas bagi guru-guru untuk
menggunakan metode dan model pembelajaran yang lebih bervariasi. Selain
itu sebagai bahan pertimbangan bagi
sekolah untuk melengkapi media dan sarana prasarana di
sekolah seperti media pembelajaran dan alat peraga
sekolah yang dapat mendukung keberhasil dan kualitas pendidikan.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
Upaya meningkatkan kualitas SDM
terkait dengan mutu pendidikan, hal ini merupakan tanggung jawab guru,
masyarakat dan pemerintah yang saling menunjang dalam menciptakan situasi
pendidikan yang kondusif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan pendidikan
hanya dapat tercapai apabila proses pendidikan di sekolah dapat berjalan baik
dimana setiap lembaga pendidikan maupun tenaga pendidik dan kependidikan dapat
menjalankan fungsinya berdasarkan tupoksinya. Dalam proses pendidikan pada
akhirnya hasil proses belajar siswa sebagai tolok ukur yang sekarang ini
menjadi permasalahan pendidikan bangsa Indonesia.
Proses belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang langsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini ditegaskan oleh Slameto (2003: 2)
bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
1. Hakikat Matematika
Pendefinisian matematika
sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal
melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami
melalui hakekat matematika.
Hudoyo (1979:96)
mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide,
struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang
logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya
dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari
hubunganhubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur.
Sedang Soedjadi (1985:13)
berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari
arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Soedjadi (2000: 1)
mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan
sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
a) Matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik
b) Matematika adalah pengetahuan tentang
bilangan dan kalkulasi
c) Matematika adalah pengetahuan tentang
penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan
fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang
struktur-struktur yang logis
f) Matematika adalah pengetahuan tentang
aturan-aturan yang ketat
- Proses Belajar Mengajar
Peningkatan kualitas pendidikan
khususnya Matematika amat penting dimulai pada tingkat dasar, sebab disitulah
digali dasar kemampuan matematika siswa sehingga perlu adanya evaluasi dan
perubahan dalam pendidikan matematika, khususnya dalam menentukan model peraga,
metode dan pendekatan model pembelajaran yang tepat, agar konsep mudah dipahami
siswa. Bahan kajian matematika mencakup berhitung, pengantar aljabar, geometri,
pengukuran dan kajian data penekanan diberikan pada penguasaan bilangan
termasuk berhitung (Depdikbud 1994: 96-97)
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 menyatakan dengan jelas
bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia sebagaimana
tercantum dalam BAB II pasal 3 adalah Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pada hakekatnya proses belajar
mengajar merupakan sesuatu kegiatan yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan murid atas dasar hubungan balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan balik antara guru dan
murid itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak
sekedar hubungan antara guru dengan murid, tetapi berupa interaksi edukatif
berupa aspek pembelajaran untuk penanaman sikap dan nilai pada diri murid yang
sedang belajar.
Definisi belajar menurut Syaiful
Bahri Djamariah (2002 : 2) adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan sekitar. Aktivitas dalam hal ini adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik menuju perkembangan pribadi
seutuhnya yang menyangkut unsure cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa
(psikomotor).
Menurut Dalyono (1997: 49) belajar
adalah “suatu bidang usaha atau kegiatan yang penting mengadakan perubahan
dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.
Robert S. Gagne (Rusyan, 2000:76)
mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan. Gagne
melandaskan teori belajar behaviorisme dan kognitivisme sebagai kegiatan
velajar siswa, dinyatakan oleh Gagne bahwa belajar terjadi dalam suatu kegiatan
yang telah dikondisikan, menghubungkan satu respon ke respon yang laindan
membuat asosiasi verbal ini senantiasa muncul dan mempengaruhi proses belajar,
dan akan membantu seseorang dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan
berpikir yang lebih kompleks.
Secara
garis besar kategori belajar itu menurut teori Gagne (Rusyan, 2000:76) adalah :
1. Keterampilan
Intelektual.
Operasi mental yang
memungkinkan merespon terhadap lingkungan. Hasil belajar terpenting yang
terdapat dalam sejumlah lingkungan scholastics
dengan sejumlah kemampuan baca, tulis, dan hitung.
2. Strategi Kognitif.
Proses pengontrolan yang
mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk
kemampuan memecahkan masalah.
3. Keterampilan motorik.
Kemampuan dalam melakukan
serangkaian gerakan fisik, menguasai keterampilan, dan mempraktekkan.
4. Informasi verbal.
Pengungkapan informasi yang
disimpan (fakta, tabel) meliputi menyebutkan kembali, membuat pokok-pokok
penting.
5. Sikap.
Berhubungan erat dengan arah
dan intensitas emosional yang dimiliki seseorang, predisposisi (kecenderungan)
untuk tindakan positif atau negatif terhadap orang, objek, atau peristiwa.
Untuk itu ditegaskan
pula dalam pengertian belajar di Eropa melalui badan PBB yaitu UNESCO yang
mengemukakan 4 (empat) pilar teori belajar, meliputi :
a.
Learning
to know (belajar untuk tahu) : bagaimana dengan belajar siswa dapat menimbulkan
potensinya agar mampu menggali sesuatu yang bermanfaat
b.
Learning
to do (belajar untuk berbuat) : belajar dengan melakukan sesuatu
c.
Learning
to live together : Perilaku hidup dalam keragaman (kebersamaan)
d.
Learning
to be : Pendidikan yang menimbulkan eksis / kebergunaan
Berdasarkan beberapa pendapat tentang
belajar dimaksud, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas
seseseorang menuju perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman belajar.
Belajar akan dapat dinyatakan berhasil apa bila dalam diri siswa yang belajar
terjadi perubahan yang berupa kognitif, afektif dan psikomotorik.
Mengajar pada dasarnya merupakan
suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau linkungan mendukung dan memungkinkan untuk
berlangsungnya proses belajar. Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki
hadirnya sejumlah anak didik.
Dalam definisi lama mengajar adalah
penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik. Atau
usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai penerus
bangsa.
Sedangkan menurut definisi modern di negara
yang sudah maju yaitu : “Teaching is the
guidance of learning. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses
belajar”.
Alvin. W. Howard (Slameto, 2003:32)
mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk menolong, membimbing
seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals
(cita-cita), appreciations (penghargaan),
knowledge.
Setiap proses interaksi dalam belajar
mengajar selalu ditandai dengan adanya sejumlah -unsur sebagaimana dinyatakan
oleh Rusyan (2000 : 5) yaitu :
1. Tujuan yang ingin
dicapai
2.
Adanya
guru dengan peserta didik yang terlibat dalam proses interaksi
3.
Adanya
bahan pelajaran
4.
Adanya
metode sebagai alat untuk menciptakan situasi belajar mengajar
Dengan demikian interaksi belajar
mengajar akan berlangsung efektif melalui internalisasi unsur tujuan, guru dan
siswa, bahan serta metode sehingga
secara keseluruhan menciptakan harmonisasi balik dari unsur tersebut.
Unsur-unsur yang saling terkait dalam berinteraksi akan menunjukkan sikap
saling menerima dan terhadap upaya mengoptimalkan seluruh hasil belajar yang
akan dicapai pesera didik melalui aktivitas mengajar guru.
Dari pengertian tersebut diatas maka
proses belajar mengajar itu memiliki empat komponen, yaitu tujuan, bahan,
metode serta evaluasi. Keempat komponen tersebut tidaklah berdiri sendiri,
tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain (interelasi).
Tujuan dalam proses belajar mengajar
merupakan langkah pertama yang harus
diterapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan
kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah
menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar. Isi tujuan pengajaran
(instruksional) ini pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan
Dari tujuan yang jelas dan
operasional serta terukur dapat diterapkan bahan pelajaran yang harus menjadi
isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan atau materi pelajaran inilah yang
diharapkan dapat mewarnai tujuan , mendukung tercapainya isi tujuan atau
tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki pesera didik.
Metode dan alat yang digunakan dalam
pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah diterapkan
sebelumnya. Metode dan alat atau yang disebut pula media pembelajaran yang
berfungsi sebagai jembatan atau media tranformasi bahan pelajaran terhadap
tujuan yang hendak dicapai. Metode dan alat pengajaran dapat mempengaruhi hasil
atau persentase belajar peserta didik.
Untuk menetapkan apakah tujuan telah
dicapai atau tidak, maka penilaian yang berfungsi mengukurnya. Dengan perkataan
lain, penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Dari uraian tersebut dapatlah
disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan mengkoordinasikan
sejumlah tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian sehingga satu sama
lain saling berinteraksi dan mempengaruhi untuk menumbuhkan kegiatan belajar
mengajar pada diri peserta menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai
dengan tujuan intruksional yang diharapkan.
3.
Pengajaran Matematika di MTs
Berdasarkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) (Dinas Pendidikan Propinsi
Kalimantan Selatan, 2006) Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan
pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori
peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi
dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk
mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram,
dan media lain.
Pendekatan pemecahan masalah
merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup
dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah
dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran
matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer,
alat peraga, atau media lainnya. (http://khan35.blogspot.com/2012/02/skkd-matematika-kelas-viiviii-dan-ix.html)
Mata
pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut :
1. Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan
masalah matematika.
2. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
3. Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,
tabel, diagram, atau benda lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai keguanaan matematika
dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam
mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.
4. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Belajar
Usman (2001) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
(1) Faktor internal ,
yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain :
a. faktor jasmaniah
termasuk kesehatan, cacat tubuh dan sebagainya;
b. faktor psikologis,
termasuk intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan persiapan
dan lain-lain;
c. faktor kelelahan,
meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
(2) Faktor ekstern, yaitu
faktor yang ada di luar individu, antara lain :
a. faktor keluarga, di
antaranya cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
kebudayaan;
b. faktor sekolah, di
antaranya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
disiplin sekolah, alat serta keadaan gedung;
c. faktor masyarakat, di
antaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat.
Sedangkan
menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
1). Faktor intern, dalam
diri individu yang sedang belajar, antara lain :
a.
faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan
cacat tubuh;
b. psikologis, meliputi intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan belajar;
c. faktor kelelahan,
maeliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
2). Faktor ekstern, yaitu
faktor yang ada di luar individu, antara lain :
a. faktor keluarga,
meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang
budaya;
b. faktor sekolah,
meliputi metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung dan tugas rumah;
c. faktor masyarakat,
meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Dari
beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi
oleh faktor intern yang berasal dari dalam diri dan faktor ekstern yang berasal
dari luar diri.
5.
Media
Media adalah berasal dari kata medium
yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan peran komunikasi.
Beberapa pengertian tentang media :
a. Arief S. Sadiman, dkk 2002. Media adalah
segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau
informasi (AECT : 1977)
b. Gagne (1970) berpendapat bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar.
Dalam proses pembelajaran selalu
disarankan agar menggunakan media. Hal ini disebabkan karena memang penggunaan
media dapat meningkatkan daya serap siswa sampai 80% dan hanya sekitar 15%-40%
jika tidak menggunakan media. Adapun manfaat media adalah antara lain :
a. Memperjelas penyajian agar tidak terjadi
verbalisme
b. Mengatasi keterbatasna ruang, waktu dan
daya indera
c. Mengatasi sikap pasif anak didik, dalam
hal ini media akan berfungsi untuk :
1) Menimbulkan kegairahan belajar
2) Memungkinkan interaksi secara langsung
antara anak didik dengan lingkungan
3) Menjamin irama belajar dan minat anak
didik yang berbeda-beda
d. Mengatasi perbedaan latar belakang yang
dialami oleh guru dan siswa, oleh karena itu media akan mampu mengatasi :
1) Memberikan perangsang yang sama
2) Mempersamakan pengalaman
3) Menimbulkan persepsi yang sama
6.
Media Pembelajaran Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif )
Media pembelajaran dewasa ini sudah semakin
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penggunaan media komputer dan LCD yang dapat difungsikan sebagai program Video
Visual maupun CD Pembelajaran interaktif sudah mulai digunakan di setiap
lembaga pendidikan dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi.
Tiap sekolah sekarang oleh pemerintah telah
diberikan fasilitas perangkat komputer, baik untuk kepentingan pengelolaan
manajemen administrasi sekolah maupun sebagai media dalam kegiatan proses
pembelajaran, dimana media komputer ini dengan salah satu perangkat tambahan
yaitu LCD dapat digunakan sebagai media video visual untuk penayangan materi
pembelajaran berupa power point maupun CD pembelajaran interaktif.
Berdasarkan Rencana Strategis
(Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, untuk dapat memberikan pelayanan prima, salah
satu yang perlu dilakukan adalah pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) yang dilakukan melalui pendayagunaan TIK seperti komputer dan
LCD maupun Video Visual ( CD Interaktif ) di bidang pendidikan yang mencakup
peran TIK sebagai substansi pendidikan, media alat bantu pembelajaran,
fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi pendidikan,
alat bantu manajemen satuan pendidikan, dan infrastruktur pendidikan.
Seiring dengan diterapkannya kebijakan otonomi
daerah, pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah juga mengalami perubahan
mendasar untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (kreativitas,
efektivitas, kualitas/mutu,
efisiensi, inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan) dalam rangka peningkatan
mutu dan kualitas hasil pembelajaran.
Menurut Nasution (2008:25), bahwa teknologi pendidikan adalah
pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis
dalam perumusan tujuan , analisis dan sintesis yang tajam dalam proses belajar
mengajar.Selain itu teknologi pendidikan menjadikan suatu pendekatan problem solving atau sebagai upaya
pemecahan masalah pendidikan.
Ruud (2005) mengemukakan bahwa investasi TIK ( Komputer ) yang digunakan
sebagai media pembelajaran di
sekolah-sekolah yang kemudian diikuti dengan pengembangan kompetensi guru dan
siswa dalam bidang TIK dapat memperbaiki efektifitas pengelolaan sekolah serta
meningkatkan kinerja (performance)
akademik tenaga kependidikan dan peserta didik. Hal ini dapat dipahami karena
penerapan TIK / Komputer yang dapat digunakan sebagai media video visual di
sekolah diharapkan akan memberikan kemudahan secara langsung kepada peningkatan proses mengembangkan
bahan ajar dan belajar mandiri, motivator bagi siswa untuk mengembangkan
kemampuannya, dan sebagai alat untuk pengembangan profesi dan mekanisme kreativitas dan inovasi
dalam sistem monitoring dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.
7. Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning
( CTL ).
a. Teori Belajar
Yang Mendukung Pembelajaran Geometri dengan pendekatan CTL.
Pendapat dari pakar matematika dalam bidang
geometri yaitu Kennedy and Tipps (1994). Ia menjelaskan bahwa mempelajari
Geometri melalui pengamatan ,memahami dan
latihan dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian
alasan untuk mendukung topik pembelajaran lainnya. Dengan demikian pembelajaran
geometri hendaklah dengan mengenalkan masalah yang kontekstual dan dikembangkan
pada siswa didik untuk dapat memecahkan masalah. Dari uraian ini maka sangat sesuai
sekali jika pembelajaran matematika pada materi geometri tentang menentukan
bentuk bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya
dilaksanakan dengan pendekatan Contextual teaching and Learning ( CTL )
Selain itu menurut James O Whittaker, “ Belajar adalah
merupakan proses tingkah laku yang ditimbulkan dan diubah melalui latihan dan
pengalaman.” Sedang menurut Cronbach berpendapat bahwa ,” Learning is show by
change in behavior as a result of experience .” Yaitu belajar sebagai suatu
aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman kontekstual.
Dari apa yang diungkapkan dari kedua ahli Psikologi
Belajar tersebut dimaksudkan adalah belajar sebagai upaya adanya proses melalui
pengalaman melihat ,berpikir dan memahami ,berlatih, dan mengerjakan akan
membuat perubahan perilaku seseorang . Pendapat ini sangat sesuai dengan
prinsip pembelajaran CTL yaitu pembelajaran berbasis konstruktivisme , artinya
melalui pengalaman akan membangun pemahaman dan pola pikir berdasar apa yang
dilihat , diketahui ,dilatih , dan dikerjakan dan pada akhirnya dapat dilihat
melalui hasil proses yaitu perubahan perilaku. Dengan demikian hasil
pembelajaran dengan CTL menjadi lebih bermakna yang sesuai sekali dengan apa
yang menjadi cita – cita Elaine B. Johnson ( 2002 ) sebagai tokoh
pembelajaran kontekstual dari univercity of Chicago dalam bukunya Contextual
teaching and Learning
b. Strategi Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan CTL.
Pembelajaran geometri
mengutamakan pengalaman nyata dan membuat siswa berpikir logis hal ini sesuai
dengan pendapat Ruseffendy (1985), diantaranya ia menjelaskan bahwa Geometri
dapat menumbuhkan berpikir logis jika diajarkan dengan strategi pembelajaran
yang tepat. Pendapat dari pakar pendidikan ini jika dihubungkan dengan strategi
pengajaran dengan Contextual Teaching and Learning ini sangat sesuai sekali
karena jika diterapkan akan membawa suasana belajar dan hasil yang menunjang
peningkatan mutu belajar, karena strategi pembelajaran yang dikembangkan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1).
Berpusat pada siswa
2).
Proses pembelajaran bersifat menemukan dan pemecahan masalah.
3). Siswa
aktif , kritis , dan kreatif.
4). Pengetahuan
yang diperoleh bermakna dan bermanfaat
untuk aplikasi dalam kehidupan siswa.
5).
Bersifat pendidikan bukan pengajaran.
6).Yang
diharapkan dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perubahan perilaku/sikap
( apektif ),ketrampilan ( psikomotor ) sebagai hasil penilaian kualitatif, namun juga tidak mengenyampingkan aspek
pengetahuan ( kognitif ).
c. Landasan Konseptual Materi
Pembelajaran Geometri.
Sebagaimana yang tercantum dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) , materi pembelajaran geometri
tentang menentukan bentuk bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas,
dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
d. Langkah Pembelajaran
Geometri dengan pendekatan CTL.
Untuk menerapkan langkah pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan
pembelajaran CTL berdasar buku petunjuk Depdiknas ( 2003 ) tentang Pendekatan
Kontekstual ,dimana setiap langkah kegiatan pembelajaran , guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam
kehidupan mereka dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang
efefktif yakni konstruktivisme ( membangun pemahaman dan pola pikir siswa ),
questioning ( membangkitkan sikap ingin tahu / bertanya ), inquiry ( menemukan
sendiri ) , Learning Qommunity ( masyarakat belajar atau belajar kelompok ) ,
modelling ( membuat model ) , dan authentic assessment ( penilaian sebenarnya
).
Untuk
menerapkan langkah pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran CTL
berdasar buku petunjuk Depdiknas ( 2003 ) tentang Pendekatan Kontekstual
,dimana setiap langkah kegiatan pembelajaran , guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efefktif yakni
konstruktivisme ( membangun pemahaman dan
pola pikir siswa ), questioning ( membangkitkan sikap
ingin tahu / bertanya ), inquiry ( menemukan sendiri ) , Learning Qommunity (
masyarakat belajar atau belajar kelompok ) , modelling ( membuat model ) , dan
authentic assessment ( penilaian sebenarnya ).
Adapun dalam setiap langkah pembelajaran
yang dimaksud di atas maka 7 ( tujuh ) komponen pembelajaran
dengan pendekatan CTL tersebut harus
diimplementasikan pada proses kegiatan pembelajaran di antaranya yaitu membuat fenomena masalah sesuai
konteks materi serta kondisi siswa maupun lingkungan misalnya :
siswa diminta mengamati bentuk permukaan papan tulis , bentuk permukaan
meja guru , bentuk permukaan jam dinding dan lain – lain kemudian siswa diminta
menggambarkan bentuk benda yang diamati.
e.
Komponen-Komponen
Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme
Ada lima
komponen utama dalam pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe
Konstruktivisme yaitu persentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai
individu dan penghargaan kelompok (Edi Prajetno 2006 : 5)
1)
Persentasi
kelompok (class presentation)
2)
Kelompok
kerja (teams Works)
3)
Kuis (quizzes)
4)
Peningkatan
nilai individu (Individual Improvement Scores)
5)
Penghargaan
kelompok (Team recognition)
Menurut (Edi Prajetno 2006 : 4) Tiga
tujuan penting dalam pembelajaran CTL yaitu :
1) untuk meningkatkan
kerjasama dalam tugas-tugas akademik.
2) penerimaan terhadap
keragaman agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
macam perbedaan dan latar belakang.
3) pengembangan
keterampilan sosial. Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa berupa
tugas, keaktifan bertanya menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, menjelaskan ide / pendapat, kerjasama dan lain-lain.
B.
Kerangka Berpikir
Guru
merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana
kesiapan guru dalam mempersiapkan siswanya melalui kegiatan belajar mengajar.
Dalam
konteks kegiatan belajar mengajar, guru dapat melakukan serangkaian aktivitas
yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru yaitu mempersipkan alat peraga sesuai dengan materi pelajaran
yang diajarkannya.
Salah satu
pokok bahasan dalam pelajaran matematika di kelas VIII adalah Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya, dalam hal ini penulis akan mencoba menyajikan materi pokok bahasan
tersebut dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching and
Learning Tipe Konstruktivisme. Dengan model pembelajaran tersebut
diharapkan keterampilan siswa dalam Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya akan meningkat sehingga hasil belajarnyapun diharapkan menjadi lebih
baik.
C.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah
dengan penggunaan pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching and Learning
Tipe Konstruktivisme akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya pada siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kecamatan Daha Utara Kabupaten
Hulu Sungai Selatan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek ,
Tempat, dan Waktu Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan Kelas ini adalah adalah
siswa Kelas VIII yang berjumlah 20 orang terdiri dari 13 orang laki-laki, dan 7 orang perempuan. Adapun penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan
di Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai
Selatan pada semester genap tahun pelajaran 2012 / 2013 mata pelajaran
matematika pada materi Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah dengan jadwal sebagai
berikut :
Tabel 3.1. Jadwal
Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
No
|
Uraian Kegiatan
|
Minggu / Bulan Kegiatan |
|||||
April 2013 Minggu Ke
|
Mei 2013. Minggu Ke
|
Juni 2013
Minggu Ke
|
|||||
1-2
|
3-4
|
1-2
|
3-4
|
1-2
|
3-4
|
||
1.
|
Menyiapkan Bahan Ajar / RPP
|
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
|
-
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
Pelaks. Tindakan Siklus II
|
-
|
-
|
X
|
X
|
-
|
-
|
4.
|
Pengolahan / analisis data
|
-
|
-
|
X
|
X
|
X
|
-
|
5.
|
Penyusunan Draft Penelitian
|
-
|
-
|
X
|
X
|
X
|
-
|
6.
|
Konsultasi Perbaikan Laporan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
7.
|
Pembuatan Laporan Akhir
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
X
|
B.
Desain Prosedur
Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan melalui penelitian
tindakan kelas
disusun dengan prosedur dan metode yang menurut Suyanto
(Ardiana, 2002 : 4), yaitu kajian yang bersifat reflektif untuk meningkatkan
kemantapan rasional, memperdalam pemahaman, serta memperbaiki kondisi dari
tindakan pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan Kelas ini
menggunakan metode deskriptif.
Kegiatan penelitian tindakan Kelas ini direncanakan
minimal 2 siklus atau lebih. Jika pada
siklus I dan II belum menunjukkan perkembangan hasil belajar maka akan
dilanjutkan pada siklus III. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh
Suharsimi Arikunto dkk, dalam bukunya
Penelitian Tindakan Kelas ( 2006 ) bahwa dalam penelitian tindakan kelas
dirancang minimal 2 ( dua ) dimana tiap siklus meliputi 4 ( empat ) langkah kegiatan utama
yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.Dari hasil observasi dan evaluasi, maupun refleksi yang dilakukan maka
akan diketahui tindakan yang tepat untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya
untuk meningkat keberhasilan pembelajaran siswa.
1. Desain dan Tahapan Perbaikan Pembelajaran
Bertitik tolak dari kondisi
awal dan pelaksanaan tindakan yang didukung oleh teori belajar , dan
strategi pembelajaran CTL, serta hasil belajar
yang diperoleh maka penelitian tindakan Kelas VIIIni
dilaksanakan dengan memiliki pola kerangka berpikir penelitian yang tiap tahap / fase tindakannya dapat
digambarkan dengan skema yaitu
sebagai berikut :
maka penelitian tindakan Kelas VIIIni
dilaksanakan dengan memiliki pola kerangka
berpikir penelitian yang tiap tahap / fase tindakannya dapat
digambarkan dengan skema yaitu
sebagai berikut :
|
|||||||||||
|
Gambar 3.1. : Alur Kegiatan Siklus dalam PTK
Dengan lebih rinci kegiatan tindakan kelas pada tiap siklus diuraikan
sebagai berikut :
a.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan
adalah mengembangkan rencana tindakan yang menjadi permasalahan kegiatan
sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Tindakan (Acting)
Bertindak
untuk melaksanakan rencana tersebut dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
bertahap dan berkesinambungan.
c.
Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
Observasi
yaitu pengamatan efek tindakan tersebut dalam konteks penelitian berupa
kegiatan belajar siswa maupun guru. Sedangkan evaluasi adalah melakukan tes
kepada siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran.
d. Analisis dan Refleksi (Analiti and Reflection)
Analisis
dilakukan terhadap hasil observasi dan evaluasi sebagai bahan acuan penentuan
berhasil tidaknya pemecahan masalah. Refleksi yaitu merefleksikan efek ini
sebagai dasar bagi perencanaan lanjutan setelah perbaikan dilaksanakan.
2. Prosedur Pelaksanaan
dan Skenario Tindakan
Penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan
dengan 2 siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi/evaluasi dan refleksi.
1)
Perencanaan
a. Menyusun
program satuan pelajaran dan rencana pembelajaran pokok bahasan Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya .
b. Membuat format observasi untuk pengamatan
kegiatan siswa dalam menyelesaikan soal memahami sifat-sifat kubus, balok,
prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya yang ada dalam
lembar kerja siswa secara berkelompok.
c. Menyusun alat
penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa penilaian kinerja
praktik ketika siswa mengerjakan lembar kerja serta penilaian tertulis di akhir
pembelajaran
2)
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus sebanyak 3 x pertemuan (6 x 45
menit), yaitu :
a). Siklus I
Siklus
pertama dilaksanakan dengan dua kali pertemuan ( 1 X pertemuan 2 X 45
menit). Pertemuan pertama mempelajari Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta
bagian-bagiannya melalui
gambar hitam putih kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta
menentukan ukurannya yang dibuat guru di papan tulis.
Pertemuan ke dua mempelajari menentukan
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya melalui pengamatan gambar yang disiapkan guru pada
kertas karton dan selanjutnya tes akhir siklus I.
Pertemuan
1 dan 2 Siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut :
1). Pra Kegiatan
Menyiapkan peralatan yang diperlukan
2). Kegiatan Awal (10 menit)
a.
Siswa
berdo’a secara bersama
b.
Guru
mengabsen siswa
c.
Guru
memotivasi siswa dengan beberapa pertanyaan
d.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
3). Kegiatan Inti (65 menit)
a.
Guru
menjelaskan pokok materi pelajaran :
1.
Pertemuan pertama membahas sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
2.
Pertemuan
kedua menentukan bentuk bangun Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya.
b.
Guru
membentuk kelompok siswa dalam beberapa kelompok (4 orang) sesuai prinsip model pembelajaran CTL Tipe
Konstruktivisme.
c.
Guru
menjelaskan cara kerja kelompok
d.
Guru
membagikan lembar tugas (LKS) pada masing-masing kelompok
e.
Siswa
berdiskusi dalam kerja kelompok dari hasil
pengamatan tentang sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan
bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya melalui pembelajaran nyata (
kontekstual )
f.
Guru
membimbing siswa dalam kerja kelompok
g.
Tiap
kelompok diminta untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya
h.
Guru
memberikan penilaian hasil kerja kelompok
i.
Guru memimpin diskusi dan membimbing siswa menyimpulkan
hasil diskusi
j.
Siswa
mengerjakan soal evaluasi
4). Kegiatan
Akhir (15 menit)
a.
Guru memberikan penilaian
hasil tugas individual
b. Guru menekankan konsep yang jelas tentang hal-hal yang telah dipelajari
meminta siswa menulis rangkuman materi.
c.
Sebelum menutup pelajaran guru memberikan tindak lanjut berupa tugas
perbaikan / pengayaan ( Tugas PR ) dan
memberi beberapa nasehat kepada anak
3). Observasi dan evaluasi tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah
sebagai berikut :
Observasi terhadap aktivitas siswa dalam KBM dengan
mengunakan lembar observasi sistematik dan respon siswa terhadap proses
pembelajaran
Penguasaan materi pembelajaran diperoleh dari test hasil
belajar dan test selama proses pembelajaran. Seluruh data hasil penelitian
dicatat atau direkam untuk dijadikan bahan melakukan refleksi tahap kedua.
4). Refleksi akhir
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap proses
pembelajaran pada siklus I dan dijadikan pertimbangan untuk memasuki siklus ke
II. Pertimbangan yang digunakan apabila salah satu dari tiga komponen dibawah
ini belum terpenuhi:
Jika pada siklus I ketuntasan individual belum mencapai 70%
Jika pada siklus I ketuntasan klasikal belum mencapai 80%
Bila respon siswa kurang dari 90% menunjang pembelajaran
atau lebih dari 10% yang seharusnya tidak dilakukan siswa
b). Siklus II
Siklus kedua dilaksanakan
dengan dua pertemuan ( 1 X pertemuan 2 X 45 menit). Pertemuan pertama mempelajari Membuat
jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas melalui
penayangan gambar bentuk melalui Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ). Pertemuan kedua Menghitung luas permukaan
dan volume kubus, balok, prisma dan limas melalui proses pengamatan siswa pada tayangan Video visual ( CD
Pembelajaran Interaktif ) serta pemberian model / bentuk bangun kubus, balok,
prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya dari papan
triplek berwarna dan tes akhir siklus 2.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Pada Siklus II :
-Refleksi Awal
Hasil pembelajaran dari kegiatan
siklus I dijadikan pertimbangan untuk
melanjutkan kegiatan pembelajaran pada siklus
II ini
Tahap-tahap
Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II
Siklus
kedua dilaksanakan dengan dua kali pertemuan ( 1 X pertemuan 2 X 45
menit), untuk mempelajari Menghitung luas permukaan
dan volume kubus, balok, prisma dan limas melalui pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching and
Learning Tipe Konstruktivisme.
Pertemuan 1 dan 2 Siklus 1
meliputi kegiatan sebagai berikut :
1). Pra Kegiatan
- Menyiapkan peralatan yang diperlukan
2). Kegiatan Awal (10 menit)
a.
Siswa
berdo’a secara bersama
b.
Guru
mengabsen siswa
c.
Guru
memotivasi siswa dengan beberapa pertanyaan
d.
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
3). Kegiatan Inti (65 menit)
a.
Guru
menjelaskan pokok materi pelajaran :
-
Pertemuan
pertama membahas Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma
dan limas melalui hasil pembelajaran nyata , siswa mengamati
Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) dan diberikan berbagai bentuk
benda-benda yang terbuat dari papan berwarna.
-
Pertemuan
kedua membahas Menghitung luas permukaan dan volume kubus,
balok, prisma dan limas melalui hasil pembelajaran nyata , siswa mengamati
Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) dan diberikan berbagai bentuk
benda-benda bangun kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta
menentukan ukurannya yang terbuat dari papan berwarna dengan model pembelajaran CTL Tipe
Konstruktivisme dimana dalam pembelajaran situasi yang nyata ( kontekstual
siswa dibimbing guru membentuk dan membangun pola pikir siswa ( konstruktif )
berdasarkan tayangan gambar dan bentuk nyata bangun tersebut.
b.
Guru
membentuk kelompok siswa dalam beberapa kelompok (4 orang)
c.
Guru
menjelaskan cara kerja kelompok
d.
Guru
membagikan lembar tugas (LKS) pada masing-masing kelompok
e.
Siswa
berdiskusi dalam kerja kelompok
f.
Guru
membimbing siswa dalam kerja kelompok
g.
Tiap kelompok diminta untuk melaporkan hasil
kerja kelompoknya
h.
Guru
memberikan pertanyaan kuis kepada siswa
i.
Guru
memberikan penilaian hasil kerja kelompok
j.
Guru
bersama siswa menyimpulkan hasil pelajaran
k.
Siswa
mengerjakan soal evaluasi.
4).
Kegiatan Akhir (15 menit)
a.
Guru memberitahukan hasil kerja kelompok
Guru menutup pelajaran dengan memberi beberapa nasehat.
3. Pengembangan
Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan
meliputi lembar observasi, LKS, dan alat evaluasi hasil belajar ( tes akhir belajar ) yang
berpedoman pada indikator masing-masing rencana pembelajaran. Langkah-langkah
penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut :
a. Merumuskan indikator
pembelajaran berdasarkan rambu-rambu dalam Kurikulum 2006
b.
Menyusun
lembar observasi guru dan observasi siswa
c.
Menyusun
instrumen LKS sesuai dengan topik dan aspek yang dinilai
b.
Menyusun
kisi-kisi soal sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator masing-masing
siklus
c.
Menyusun
draf soal berdasarkan indikator, dilengkapi pula dengan kunci jawaban dan
pedoman pemberian skor.
d. Meminta pertimbangan dari dua orang guru,
terutama menyangkut validasi isi.
e. Melakukan revisi instrumen penelitian agar
layak untuk digunakan
4. Faktor yang Diteliti
Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam
tindakan Kelas ini adalah :
1. Faktor Siswa, yaitu
mengamati sejauh mana tingkat ketrampilan siswa
dalam pengerjaan operasi penjumlahan bilangan bulat.
2. Faktor guru, yaitu
mengamati bagaimana mata pelajaran dipersiapkan dan bagaimana strategi
pembelajaran yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran dengan menggunakan
alat peraga mistar bilangan bulat.
5. Indikator Keberhasilan
a. Prestasi
/ hasil belajar siswa secara perorangan
Seorang siswa
telah tuntas belajar apabila ia telah mencapai skor > 70% atau nilai > 70,00.
b. Prestasi/hasil
belajar siswa secara klasikal
Suatu kelas telah
tuntas belajar apabila kelas tersebut telah mencapai nilai minimal 80% dari
jumlah siswa mencapai skor 70,00.
C. Teknis
Analisis Data
a. Sumber Data
Data
penelitian ini diperoleh dari guru mata pelajaran Matematika dan siswa Kelas
VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jumlah
siswa 20 orang terdiri dari 13 orang laki-laki, dan 7 orang perempuan.
b.
Jenis Data,
Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu ketuntasan belajar siswa dan data kualitatif yaitu nilai hasil evaluasi
dan observasi kegiatan belajar mengajar
c.
Cara
Pengambilan Data
1). Data hasil belajar diambil dengan lembar tes akhir kepada siswa pada
setiap pertemuan tatap muka di kelas dan setiap akhir siklus untuk selanjutnya
dianalisis peningkatan nilai prestasinya.
2). Data observasi diambil dari lembar
observasi terhadap kegiatan guru dan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar