• Breaking News

    PENELITIAN TINDAKAN KELAS/ PTK_MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MENGENAL BENTUK BANGUN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT KUBUS, BALOK, PRISMA, LIMAS, DAN BAGIAN-BAGIANNYA, SERTA MENENTUKAN UKURANNYA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO VISUAL ( CD PEMBELAJARAN INTERAKTIF) MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL TIPE KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI NEGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013


    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang Masalah
    Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi , maka kebutuhan pendidikan oleh masyarakat juga harus semakin berkembang. Agar lulusan suatu pendidikan dapat sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan upaya-upaya mempersiapkan para siswa sekolah dasar dan sekolah lanjutan, guna memasuki era globalisasi yang menuntut kemampuan khusus terutama pada mata pelajaran matematika, serta untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
    Menurut Sutawijaya (1997 : 177), memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan matematika.
    Matematika berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Image dalam masyarakat tentang Matematika adalah suatu bidang studi yang sulit dipelajari. Hal ini tercermin pada rendahnya prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika dibanding dengan bidang studi lainya. Dengan melihat kenyataan tentang rendahnya prsetasi belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika, perlu dilakukan penelitian dan kegiatan pembelajaran Matematika sebagai suatu bagian dari upaya peningkatan prestasi belajar siswa.
    Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan baik melalui penataran, penyempurnaan kurikulum, peningkatan sarana dan prsarana, maupun pengadaan buku-buku dan media pembelajaran.
    Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika sampai saat ini belum diperoleh kemajuan yang signifikan.
    Berdasarkan pengalaman sebagai guru mata pelajaran matematika maupun sebagai guru kelas , selama bertugas di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, perbaikan pembelajaran matematika sudah sering dilakukan. Upaya perbaikan yang dilakukan baik melalui penyelenggaraan kegiatan pelatihan, penataran, maupun pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG). Akan tetapi hasil peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran matematika, belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Berdarkan observasi penulis terhadap proses pembelajaran pada mata pelajaran matematika, khususnya dalam penyampaian materi menentukan bentuk bangun datar di kelas VIII, proses pembelajaran didahului dengan penyampaian informasi dan penjelasan dari guru, kemudian siswa menyimak sambil menulis materi yang disampaikan atau hanya menjawab pertanyaan dari guru. Hasil yang diperoleh melalui cara seperti ini masih kurang memuaskan, dan belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran tersebut siswa terlihat tidak menunjukkan aktivitas yang dinamis. Siswa kurang memiliki minat dan motivasi belajar. Bahkan diantara siswa ada yang ribut dan tidak ikut berperanserta aktif dalam kegiatan kelompok belajar mengerjakan lembar tugas yang diberikan guru.
    Selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan selalu rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Salah satu faktor yang penyebabnya adalah kurangnya strategi yang digunakan dalam pembelajaran matematika (Gani, 2004). Pendekatan contextual teaching and learning selanjutnya disingkat CTL merupakan salah satu pendekatan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika dewasa ini, karena di samping sebagai tujuan umum pembelajaran matematika dapat juga menumbuhkembangkan minat dan menghargai kemanfaatan matematika dalam penerapannya pada ilmu lain dan dalam kehidupan sehari-hari.
    Rauf (2004) melaporkan hasil penelitian bahwa pembelajaran kontekstual meningkatkan pemahaman konsep siswa, meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa, dan memberi respon positif terhadap pembelajaran kontekstual yang didukung oleh respon positif terhadap matematika. Atas dasar ini dilakukan penelitian tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep pengukuran bangun ruang dengan menggunakan pendekatan CTL di Madrasah Tsanawiyah.
    Untuk itu proses belajar mengajar hendaknya mengacu pada bagaimana siswa belajar selain kepada apa yang ia pelajari. Hal ini sesuai dengan hakekat belajar matematika, yaitu bahwa belajar matematika pada dasarnya belajar berbuat dan berpikir. Ini sesuai juga dengan hakikat matematika ditinjau dari segi ilmu, yaitu bahwa matematika merupakan suatu cara berpikir logis.
    Proses belajar matematika merupakan interaksi yang menyangkut hasil belajar langsung berupa fakta, prinsip, dan keterampilan matematika, maupun hasil tidak langsung seperti pembuktian rumus, pemecahan masalah alih belajar,  pengembangan intelektual, bekerja individual atau kelompok, dan sikap.
    Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya merupakan salah satu materi yang cukup sulit untuk dipahami siswa kelas VIII. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Negara tahun pelajaran 2012 / 2013 pada materi yang dijelaskan di atas masih di bawah standar KKM  yaitu 63,00, nilai ini di bawah nilai ketuntasan belajar dari KKM Kelas VIII MTsN Negara yaitu 70,00. 
    Melihat nilai tersebut perlu menjadi suatu pemikiran bagi setiap guru utamanya bagi peneliti, bagaimana untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jika dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan media pembelajaran sederhana berupa gambar hitam putih di papan tulis , dan masih menggunakan alat peraga yang kurang menarik bagi siswa serta dalam pelaksanaannya juga masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang masih kurang sesuai dengan materi , maka tentu saja hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai.
    Upaya untuk meningkatkan aktivitas , motivasi dan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas perlu adanya usaha dan kiat guru memilih model pembelajaran serta metode yang sesuai dan tepat. Menurut penulis untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari konsep menentukan bentuk bangun datar pada mata pelajaran matematika maka guru perlu memilih media alat peraga atau alat bantu pembelajaran serta model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan utamanya pembelajaran di kelas.
    Dari uraian di atas peneliti memiliki keinginan untuk melakukan penelitian terhadap penggunaan media alat peraga dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi menentukan bentuk bangun datar pada siswa      kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kabupaten HSS melalui model pembelajaran CTL Tipe Konstruktivisme yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
    Berdasarkan hal tersebut sehingga penulis tertarik  untuk melaksanakan penelitian ini dengan judul : “MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MENGENAL BENTUK BANGUN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT KUBUS, BALOK, PRISMA, LIMAS, DAN BAGIAN-BAGIANNYA, SERTA MENENTUKAN UKURANNYA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO VISUAL ( CD PEMBELAJARAN INTERAKTIF) MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL TIPE KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI NEGARA KABUPATEN HULU SUNGAI  SELATAN  TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013.”.

    1.    Identifikasi Masalah
    Dari hasil pelaksanaan observasi dan refleksi awal dalam   pelaksanaan pembelajaran pada pembelajaran awal tentang Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya penulis mencoba melakukan identifikasi masalah yang ditemukan di lapangan antara lain yaitu ; masih banyak siswa yang sukar memahami dan menentukan bentuk bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya  serta kesulitan dalam menggambarkan bentuk bangun datar tersebut. Selain itu minat dan motivasi belajar siswa masih rendah dan banyak siswa yang tidak berperanserta dalam bekerja dalam tugas kelompok. Kemudian juga dari hasil  pembelajaran nilai rata-rata belajar siswa masih sangat rendah yaitu hanya mencapai 63,00 dibawah nilai ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah yaitu 70,00.
    2.    Analisis Masalah
    Dari hasil identifikasi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, maka penulis melaksanakan analisis masalah atas pelaksanaan proses pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut  :
    a.       Mengapa siswa masih sulit memahami konsep Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya ?
    b.      Bagaimana meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa pada materi Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya ?
    c.       Mengapa nilai rata-rata hasil belajar siswa masih rendah di bawah nilai standar  ketuntasan minimal ?
    3.    Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
               Untuk mengatasi kendala dan permasalahan pembelajaran matematika pada materi Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya pada siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara maka perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan berbagai alternatif  pemecahan masalah diantaranya adalah  :
    a.       Penggunaan media / alat peraga yang tepat dan sesuai dalam pembelajaran yaitu media Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ).
    b.      Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yaitu model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme
    c.       Penggunaan metode pembelajaran dengan berbagai metode ( variation methode ) yang  tepat untuk meningkatkan minat dan motivasil belajar siswa.
    B.         Rumusan Masalah
    Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis permasalahan pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam proses penyajian materi mata pelajaran matematika tentang Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya, maka dalam penelitian tindakan Kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :  
    1.      Apakah dengan penggunaan media Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) pada materi Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya akan dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa ?
    2.      Apakah melalui penggunaan model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme akan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya ?
    3.      Apakah dengan penggunaan media Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) melalui model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya

    C.    Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
                Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa tentang Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya dengan menggunakan media Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) melalui model pembelajaran CTL Tipe Konstruktivisme pada siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Berdasarkan hasil kegiatan proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui fase – fase tindakan kelas akan menjadikan feed back ( umpan balik ) bagi guru untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sehingga mencapai hasil yang maksimal yaitu ketuntasan belajar siswa. Selanjutnya tujuan perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai tidak hanya dari segi pencapaian secara kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa tetapi juga dari segi kualitatif seperti peranserta keaktifan siswa dan kedinamisan proses pembelajaran yang interaktif dan komunikatif antara guru dan siswa.
               
    D.    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
    Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan akan menghasilkan manfaat utamanya bagi peneliti , siswa , kepala sekolah serta bagi sekolah itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
                1.      Bagi siswa
    Bagi siswa, untuk meningkatkan motivasi serta minat belajar , maupun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran serta peningkatan hasil pembelajaran mata pelajaran matematika, khususnya dalam pembelajaran Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
                2.      Bagi guru
    Pada penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk  melakukan kegiatan pembelajaran yang lebih baik dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat serta berbagai variasi metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi pembelajaran.
                3.      Bagi kepala sekolah
    Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan supervisi dan pembinaan bagi guru dalam menggunakan berbagai macam model pembelajaran terutama pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme dalam proses belajar mengajar di sekolah dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses dan mutu hasil belajar.
                4.      Bagi Sekolah
    Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi  pembelajaran serta kualitas dan mutu out put bagi peserta didik sekolah dengan melaksanakan pelatihan penelitian tindakan kelas bagi guru-guru untuk menggunakan metode dan model pembelajaran yang lebih bervariasi. Selain itu  sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk melengkapi media dan sarana prasarana di sekolah seperti media pembelajaran dan alat peraga sekolah yang dapat mendukung keberhasil dan kualitas pendidikan.















    BAB II
    KAJIAN PUSTAKA

    A.  Kajian Teori
    Upaya meningkatkan kualitas SDM terkait dengan mutu pendidikan, hal ini merupakan tanggung jawab guru, masyarakat dan pemerintah yang saling menunjang dalam menciptakan situasi pendidikan yang kondusif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
    Tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila proses pendidikan di sekolah dapat berjalan baik dimana setiap lembaga pendidikan maupun tenaga pendidik dan kependidikan dapat menjalankan fungsinya berdasarkan tupoksinya. Dalam proses pendidikan pada akhirnya hasil proses belajar siswa sebagai tolok ukur yang sekarang ini menjadi permasalahan pendidikan bangsa Indonesia.
    Proses belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang langsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini ditegaskan oleh Slameto (2003: 2) bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
    1.    Hakikat Matematika
    Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika.
    Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila matematika dipandang sebagai struktur dari hubunganhubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur.
    Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
    Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut:
    a)    Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik
    b)    Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
    c)    Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
    d)   Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
    e)    Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis
    f)     Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat
    1. Proses Belajar Mengajar
    Peningkatan kualitas pendidikan khususnya Matematika amat penting dimulai pada tingkat dasar, sebab disitulah digali dasar kemampuan matematika siswa sehingga perlu adanya evaluasi dan perubahan dalam pendidikan matematika, khususnya dalam menentukan model peraga, metode dan pendekatan model pembelajaran yang tepat, agar konsep mudah dipahami siswa. Bahan kajian matematika mencakup berhitung, pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data penekanan diberikan pada penguasaan bilangan termasuk berhitung (Depdikbud 1994: 96-97)
    Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional  nomor 20 tahun 2003 menyatakan dengan jelas bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam BAB II pasal 3 adalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga  yang demokratis serta bertanggung  jawab.
    Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan murid atas dasar hubungan balik  yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan balik antara guru  dan murid itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan murid, tetapi berupa interaksi edukatif berupa aspek pembelajaran untuk penanaman sikap dan nilai pada diri murid yang sedang belajar.
    Definisi belajar menurut Syaiful Bahri Djamariah (2002 : 2) adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sekitar. Aktivitas dalam hal ini adalah serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya yang menyangkut unsure cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor).
    Menurut Dalyono (1997: 49) belajar adalah “suatu bidang usaha atau kegiatan yang penting mengadakan perubahan dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.
    Robert S. Gagne (Rusyan, 2000:76) mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan. Gagne melandaskan teori belajar behaviorisme dan kognitivisme sebagai kegiatan velajar siswa, dinyatakan oleh Gagne bahwa belajar terjadi dalam suatu kegiatan yang telah dikondisikan, menghubungkan satu respon ke respon yang laindan membuat asosiasi verbal ini senantiasa muncul dan mempengaruhi proses belajar, dan akan membantu seseorang dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan berpikir yang lebih kompleks.
    Secara garis besar kategori belajar itu menurut teori Gagne (Rusyan, 2000:76)  adalah :
    1.      Keterampilan Intelektual.
    Operasi mental yang memungkinkan merespon terhadap lingkungan. Hasil belajar terpenting yang terdapat dalam sejumlah lingkungan scholastics dengan sejumlah kemampuan baca, tulis, dan hitung.
    2.      Strategi Kognitif.
    Proses pengontrolan yang mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah.
    3.      Keterampilan motorik.
    Kemampuan dalam melakukan serangkaian gerakan fisik, menguasai keterampilan, dan mempraktekkan.
    4.      Informasi verbal.
    Pengungkapan informasi yang disimpan (fakta, tabel) meliputi menyebutkan kembali, membuat pokok-pokok penting.
    5.      Sikap.
    Berhubungan erat dengan arah dan intensitas emosional yang dimiliki seseorang, predisposisi (kecenderungan) untuk tindakan positif atau negatif terhadap orang, objek, atau peristiwa.
     Untuk itu ditegaskan pula dalam pengertian belajar di Eropa melalui badan PBB yaitu UNESCO yang mengemukakan 4 (empat) pilar teori belajar, meliputi :
    a.       Learning to know (belajar untuk tahu) : bagaimana dengan belajar siswa dapat menimbulkan potensinya agar mampu menggali sesuatu yang bermanfaat
    b.      Learning to do (belajar untuk berbuat) : belajar dengan melakukan sesuatu
    c.       Learning to live together : Perilaku hidup dalam keragaman (kebersamaan)
    d.      Learning to be : Pendidikan yang menimbulkan eksis / kebergunaan
    Berdasarkan beberapa pendapat tentang belajar dimaksud, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas seseseorang menuju perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman belajar. Belajar akan dapat dinyatakan berhasil apa bila dalam diri siswa yang belajar terjadi perubahan yang berupa kognitif, afektif dan psikomotorik.
    Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau  linkungan mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik.
    Dalam definisi lama mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik. Atau usaha mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai penerus bangsa.
    Sedangkan menurut definisi modern di negara yang sudah maju yaitu : “Teaching is the guidance of learning. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar”.
    Alvin. W. Howard (Slameto, 2003:32) mengemukakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), knowledge.
    Setiap proses interaksi dalam belajar mengajar selalu ditandai dengan adanya sejumlah -unsur sebagaimana dinyatakan oleh Rusyan (2000 : 5) yaitu :
    1.   Tujuan yang ingin dicapai
    2.      Adanya guru dengan peserta didik yang terlibat dalam proses interaksi
    3.      Adanya bahan pelajaran
    4.      Adanya metode sebagai alat untuk menciptakan situasi belajar mengajar
    Dengan demikian interaksi belajar mengajar akan berlangsung efektif melalui internalisasi unsur tujuan, guru dan siswa,  bahan serta metode sehingga secara keseluruhan menciptakan harmonisasi balik dari unsur tersebut. Unsur-unsur yang saling terkait dalam berinteraksi akan menunjukkan sikap saling menerima dan terhadap upaya mengoptimalkan seluruh hasil belajar yang akan dicapai pesera didik melalui aktivitas mengajar guru.
    Dari pengertian tersebut diatas maka proses belajar mengajar itu memiliki empat komponen, yaitu tujuan, bahan, metode serta evaluasi. Keempat komponen tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain (interelasi).
    Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan langkah pertama yang  harus diterapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan ini pada  dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar. Isi tujuan pengajaran (instruksional) ini pada hakikatnya adalah hasil belajar yang diharapkan 
    Dari tujuan yang jelas dan operasional serta terukur dapat diterapkan bahan pelajaran yang harus menjadi isi dari kegiatan belajar mengajar. Bahan atau materi pelajaran inilah yang diharapkan dapat mewarnai tujuan , mendukung tercapainya isi tujuan atau tingkah laku yang diharapkan untuk dimiliki pesera didik.
    Metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan dan bahan yang telah diterapkan sebelumnya. Metode dan alat atau yang disebut pula media pembelajaran yang berfungsi sebagai jembatan atau media tranformasi bahan pelajaran terhadap tujuan yang hendak dicapai. Metode dan alat pengajaran dapat mempengaruhi hasil atau persentase belajar peserta didik.
    Untuk menetapkan apakah tujuan telah dicapai atau tidak, maka penilaian yang berfungsi mengukurnya. Dengan perkataan lain, penilaian berperan sebagai barometer untuk mengukur tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
    Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan mengkoordinasikan sejumlah tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian sehingga satu sama lain saling berinteraksi dan mempengaruhi untuk menumbuhkan kegiatan belajar mengajar pada diri peserta menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan intruksional yang diharapkan.
    3.  Pengajaran Matematika di MTs
    Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) (Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Selatan, 2006) Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.  Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
    Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
    Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
    Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
    Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. (http://khan35.blogspot.com/2012/02/skkd-matematika-kelas-viiviii-dan-ix.html)
    Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
    1.   Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematika.
    2.   Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
    3.   Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan.
    4.   Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau benda lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
    5.   Memiliki sikap menghargai keguanaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

    4.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
    Usman (2001) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
    (1)   Faktor internal , yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain :
    a.       faktor jasmaniah termasuk kesehatan, cacat tubuh dan sebagainya;
    b.       faktor psikologis, termasuk intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan persiapan dan lain-lain;
    c.       faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
    (2)   Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain :
    a.       faktor keluarga, di antaranya cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan;
    b.      faktor sekolah, di antaranya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat serta keadaan gedung;
    c.       faktor masyarakat, di antaranya kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
    Sedangkan menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
    1).    Faktor intern, dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain :
    a.       faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh;
    b.      psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan belajar;
    c.       faktor kelelahan, maeliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
    2).    Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain :
    a.       faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya;
    b.      faktor sekolah, meliputi metode mengajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung dan tugas rumah;
    c.       faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
    Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor intern yang berasal dari dalam diri dan faktor ekstern yang berasal dari luar diri.

    5.                                                                                                                                                    Media

                    Media adalah berasal dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan peran komunikasi.
        Beberapa pengertian tentang media :
    a.    Arief S. Sadiman, dkk 2002. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi (AECT : 1977)
    b.    Gagne (1970) berpendapat bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

                     Dalam proses pembelajaran selalu disarankan agar menggunakan media. Hal ini disebabkan karena memang penggunaan media dapat meningkatkan daya serap siswa sampai 80% dan hanya sekitar 15%-40% jika tidak menggunakan media. Adapun manfaat media adalah antara lain :
    a.    Memperjelas penyajian agar tidak terjadi verbalisme
    b.    Mengatasi keterbatasna ruang, waktu dan daya indera
    c.     Mengatasi sikap pasif anak didik, dalam hal ini media akan berfungsi untuk :
    1)    Menimbulkan kegairahan belajar
    2)    Memungkinkan interaksi secara langsung antara anak didik dengan lingkungan
    3)    Menjamin irama belajar dan minat anak didik yang berbeda-beda
    d.    Mengatasi perbedaan latar belakang yang dialami oleh guru dan siswa, oleh karena itu media akan mampu mengatasi :
    1)    Memberikan perangsang yang sama
    2)    Mempersamakan pengalaman
    3)    Menimbulkan persepsi yang sama
    6.    Media Pembelajaran Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif )

               Media pembelajaran dewasa ini sudah semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan media komputer dan LCD yang dapat difungsikan sebagai program Video Visual maupun CD Pembelajaran interaktif sudah mulai digunakan di setiap lembaga pendidikan dari pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi.
               Tiap sekolah sekarang oleh pemerintah telah diberikan fasilitas perangkat komputer, baik untuk kepentingan pengelolaan manajemen administrasi sekolah maupun sebagai media dalam kegiatan proses pembelajaran, dimana media komputer ini dengan salah satu perangkat tambahan yaitu LCD dapat digunakan sebagai media video visual untuk penayangan materi pembelajaran berupa power point maupun CD pembelajaran interaktif.
                Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005-2009,  untuk dapat memberikan pelayanan prima, salah satu yang perlu dilakukan adalah pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dilakukan melalui pendayagunaan TIK seperti komputer dan LCD maupun Video Visual ( CD Interaktif ) di bidang pendidikan yang mencakup peran TIK sebagai substansi pendidikan, media alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi pendidikan, alat bantu manajemen satuan pendidikan, dan infrastruktur pendidikan.
    Seiring dengan diterapkannya kebijakan otonomi daerah, pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah juga mengalami perubahan mendasar untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (kreativitas, efektivitas, kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan) dalam rangka peningkatan mutu dan kualitas hasil pembelajaran.
    Menurut Nasution (2008:25), bahwa teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan , analisis dan sintesis yang tajam dalam proses belajar mengajar.Selain itu teknologi pendidikan menjadikan suatu pendekatan problem solving atau sebagai upaya pemecahan masalah pendidikan.
    Ruud (2005) mengemukakan bahwa investasi TIK ( Komputer ) yang digunakan sebagai media pembelajaran  di sekolah-sekolah yang kemudian diikuti dengan pengembangan kompetensi guru dan siswa dalam bidang TIK dapat memperbaiki efektifitas pengelolaan sekolah serta meningkatkan kinerja (performance) akademik tenaga kependidikan dan peserta didik. Hal ini dapat dipahami karena penerapan TIK / Komputer yang dapat digunakan sebagai media video visual di sekolah diharapkan akan memberikan kemudahan secara langsung kepada peningkatan proses mengembangkan bahan ajar dan belajar mandiri, motivator bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya, dan sebagai alat untuk pengembangan profesi dan mekanisme kreativitas dan inovasi dalam sistem monitoring dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran.
    7.  Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning ( CTL ).
    a. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Geometri dengan pendekatan CTL.
        Pendapat dari pakar matematika dalam bidang geometri yaitu Kennedy and Tipps (1994). Ia menjelaskan bahwa mempelajari Geometri melalui pengamatan ,memahami dan  latihan dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian alasan untuk mendukung topik pembelajaran lainnya. Dengan demikian pembelajaran geometri hendaklah dengan mengenalkan masalah yang kontekstual dan dikembangkan pada siswa didik untuk dapat memecahkan masalah. Dari uraian ini maka sangat sesuai sekali jika pembelajaran matematika pada materi geometri tentang menentukan bentuk bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya  dilaksanakan dengan pendekatan Contextual teaching and Learning ( CTL )
              Selain itu menurut James O Whittaker, “ Belajar adalah merupakan proses tingkah laku yang ditimbulkan dan diubah melalui latihan dan pengalaman.” Sedang menurut Cronbach berpendapat bahwa ,” Learning is show by change in behavior as a result of experience .” Yaitu belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman kontekstual.
             Dari apa yang diungkapkan dari kedua ahli Psikologi Belajar tersebut dimaksudkan adalah belajar sebagai upaya adanya proses melalui pengalaman melihat ,berpikir dan memahami ,berlatih, dan mengerjakan akan membuat perubahan perilaku seseorang . Pendapat ini sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran CTL yaitu pembelajaran berbasis konstruktivisme , artinya melalui pengalaman akan membangun pemahaman dan pola pikir berdasar apa yang dilihat , diketahui ,dilatih , dan dikerjakan dan pada akhirnya dapat dilihat melalui hasil proses yaitu perubahan perilaku. Dengan demikian hasil pembelajaran dengan CTL menjadi lebih bermakna yang sesuai sekali dengan apa yang menjadi cita – cita Elaine B. Johnson ( 2002 ) sebagai tokoh pembelajaran kontekstual dari univercity of Chicago dalam bukunya Contextual teaching and Learning
    b.   Strategi Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan CTL.        
          Pembelajaran geometri mengutamakan pengalaman nyata dan membuat siswa berpikir logis hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendy (1985), diantaranya ia menjelaskan bahwa Geometri dapat menumbuhkan berpikir logis jika diajarkan dengan strategi pembelajaran yang tepat. Pendapat dari pakar pendidikan ini jika dihubungkan dengan strategi pengajaran dengan Contextual Teaching and Learning ini sangat sesuai sekali karena jika diterapkan akan membawa suasana belajar dan hasil yang menunjang peningkatan mutu belajar, karena strategi pembelajaran yang dikembangkan diantaranya adalah sebagai berikut  :
    1). Berpusat pada siswa
    2). Proses pembelajaran bersifat menemukan dan pemecahan masalah.
    3). Siswa aktif , kritis , dan kreatif.
    4). Pengetahuan yang diperoleh bermakna dan bermanfaat  untuk aplikasi dalam kehidupan siswa.
    5). Bersifat pendidikan bukan pengajaran. 
    6).Yang diharapkan dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perubahan perilaku/sikap ( apektif ),ketrampilan ( psikomotor ) sebagai hasil penilaian kualitatif,  namun juga tidak mengenyampingkan aspek pengetahuan ( kognitif ).
    c.  Landasan Konseptual Materi Pembelajaran Geometri.
               Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) , materi pembelajaran geometri tentang menentukan bentuk bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
    d.  Langkah Pembelajaran Geometri dengan pendekatan CTL.
         Untuk menerapkan langkah pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran CTL berdasar buku petunjuk Depdiknas ( 2003 ) tentang Pendekatan Kontekstual ,dimana setiap langkah kegiatan pembelajaran , guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efefktif yakni konstruktivisme ( membangun pemahaman dan pola pikir siswa ), questioning ( membangkitkan sikap ingin tahu / bertanya ), inquiry ( menemukan sendiri ) , Learning Qommunity ( masyarakat belajar atau belajar kelompok ) , modelling ( membuat model ) , dan authentic assessment ( penilaian sebenarnya ).
    Untuk menerapkan langkah pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran CTL berdasar buku petunjuk Depdiknas ( 2003 ) tentang Pendekatan Kontekstual ,dimana setiap langkah kegiatan pembelajaran , guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yang efefktif yakni konstruktivisme       ( membangun pemahaman dan pola pikir siswa ), questioning                          ( membangkitkan sikap ingin tahu / bertanya ), inquiry ( menemukan sendiri ) , Learning Qommunity ( masyarakat belajar atau belajar kelompok ) , modelling ( membuat model ) , dan authentic assessment ( penilaian sebenarnya ).
         Adapun dalam setiap langkah pembelajaran yang dimaksud di atas maka 7 ( tujuh ) komponen pembelajaran dengan pendekatan CTL tersebut harus  diimplementasikan pada proses kegiatan pembelajaran di antaranya yaitu  membuat fenomena masalah sesuai konteks materi serta kondisi siswa maupun lingkungan misalnya  :  siswa diminta mengamati bentuk permukaan papan tulis , bentuk permukaan meja guru , bentuk permukaan jam dinding dan lain – lain kemudian siswa diminta menggambarkan bentuk benda yang diamati.
    e.         Komponen-Komponen Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme
    Ada lima komponen utama dalam pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme yaitu persentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok (Edi Prajetno 2006 : 5)
    1)   Persentasi kelompok (class presentation)
    2)   Kelompok kerja (teams Works)
    3)   Kuis (quizzes)
    4)   Peningkatan nilai individu (Individual Improvement Scores)
    5)   Penghargaan kelompok (Team recognition)   
    Menurut (Edi Prajetno 2006 : 4) Tiga tujuan penting dalam pembelajaran CTL yaitu :
    1)   untuk meningkatkan kerjasama dalam tugas-tugas akademik.
    2)   penerimaan terhadap keragaman agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan dan latar belakang.
    3)   pengembangan keterampilan sosial. Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa berupa tugas, keaktifan bertanya menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, menjelaskan ide / pendapat, kerjasama dan lain-lain.

    B.       Kerangka Berpikir
    Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan siswanya melalui kegiatan belajar mengajar.
    Dalam konteks kegiatan belajar mengajar, guru dapat melakukan serangkaian aktivitas yang bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru yaitu mempersipkan alat peraga sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkannya.
    Salah satu pokok bahasan dalam pelajaran matematika di kelas VIII adalah Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya, dalam hal ini penulis akan mencoba menyajikan materi pokok bahasan tersebut dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme. Dengan model pembelajaran tersebut diharapkan  keterampilan siswa dalam Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya akan meningkat sehingga hasil belajarnyapun diharapkan menjadi lebih baik.

    C.      Hipotesis Penelitian
    Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan penggunaan pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya pada siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan.





    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


    A.    Subjek , Tempat, dan Waktu Penelitian
          Subjek dari penelitian tindakan Kelas ini adalah adalah siswa Kelas VIII yang berjumlah 20 orang terdiri dari 13 orang laki-laki, dan 7 orang perempuan. Adapun penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada semester genap tahun pelajaran 2012 / 2013 mata pelajaran matematika pada materi Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
    Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah dengan jadwal sebagai berikut  :
    Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
    No
    Uraian Kegiatan

    Minggu / Bulan Kegiatan

    April 2013 Minggu Ke
    Mei 2013.  Minggu Ke

    Juni 2013

    Minggu Ke
    1-2
    3-4
    1-2
    3-4
    1-2
    3-4
    1.
    Menyiapkan Bahan Ajar / RPP

    X
    X
    -
    -
    -
    2.
    Pelaksanaan Tindakan Siklus I
    -
    X
    X
    -
    -
    -
    3.
    Pelaks. Tindakan Siklus II
    -
    -
    X
    X
    -
    -
    4.
    Pengolahan / analisis data
    -
    -
    X
    X
    X
    -
    5.
    Penyusunan Draft Penelitian
    -
    -
    X
    X
    X
    -
    6.
    Konsultasi Perbaikan Laporan
    -
    -
    -
    -
    -
    X
    7.
    Pembuatan Laporan Akhir
    -
    -
    -
    -
    -
    X

    B.   Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
    Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas disusun dengan prosedur dan metode yang menurut Suyanto (Ardiana, 2002 : 4), yaitu kajian yang bersifat reflektif untuk meningkatkan kemantapan rasional, memperdalam pemahaman, serta memperbaiki kondisi dari tindakan  pembelajaran  di kelas. Penelitian tindakan Kelas ini menggunakan metode deskriptif.
                 Kegiatan penelitian tindakan Kelas ini direncanakan minimal 2 siklus atau lebih. Jika pada siklus I dan II belum menunjukkan perkembangan hasil belajar maka akan dilanjutkan pada siklus III. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto dkk, dalam bukunya Penelitian Tindakan Kelas ( 2006 ) bahwa dalam penelitian tindakan kelas dirancang minimal 2     ( dua ) dimana tiap siklus meliputi 4 ( empat ) langkah kegiatan utama yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.Dari hasil observasi dan evaluasi, maupun refleksi yang dilakukan maka akan diketahui tindakan yang tepat untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya untuk meningkat keberhasilan pembelajaran siswa.
    1. Desain dan Tahapan Perbaikan Pembelajaran
                    Bertitik tolak dari kondisi awal dan pelaksanaan tindakan yang didukung oleh teori belajar , dan strategi pembelajaran CTL, serta hasil belajar  yang diperoleh maka penelitian tindakan Kelas VIIIni dilaksanakan dengan memiliki pola kerangka berpikir penelitian  yang tiap tahap / fase tindakannya dapat digambarkan dengan  skema yaitu sebagai  berikut  :
    maka penelitian tindakan Kelas VIIIni dilaksanakan dengan memiliki pola kerangka
    berpikir penelitian  yang tiap tahap / fase tindakannya dapat digambarkan dengan  skema yaitu sebagai  berikut  :
















    Kondisi Awal

     












    Rencana yang

    direvisi berikutnya

     
     


























    Gambar 3.1. :  Alur Kegiatan Siklus dalam PTK
    Dengan lebih rinci kegiatan tindakan kelas pada tiap siklus diuraikan sebagai berikut  :
    a.      Perencanaan (Planning)
    Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang menjadi permasalahan kegiatan sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar.
    b.      Tindakan (Acting)
    Bertindak untuk melaksanakan rencana tersebut dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang bertahap dan berkesinambungan.
    c.       Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
    Observasi yaitu pengamatan efek tindakan tersebut dalam konteks penelitian berupa kegiatan belajar siswa maupun guru. Sedangkan evaluasi adalah melakukan tes kepada siswa untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran.
    d.      Analisis dan Refleksi (Analiti and Reflection)
    Analisis dilakukan terhadap hasil observasi dan evaluasi sebagai bahan acuan penentuan berhasil tidaknya pemecahan masalah. Refleksi yaitu merefleksikan efek ini sebagai dasar bagi perencanaan lanjutan setelah perbaikan dilaksanakan.
     2.   Prosedur Pelaksanaan dan Skenario Tindakan
    Penelitian tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan 2 siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi.
    1)     Perencanaan
    a.  Menyusun program satuan pelajaran dan rencana pembelajaran pokok bahasan Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya .
    b.   Membuat format observasi untuk pengamatan kegiatan siswa dalam menyelesaikan soal memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya yang ada dalam lembar kerja siswa secara berkelompok.
    c. Menyusun alat penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa penilaian kinerja praktik ketika siswa mengerjakan lembar kerja serta penilaian tertulis di akhir pembelajaran

    2)    Pelaksanaan Tindakan
    Pelaksanaan ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus sebanyak 3 x pertemuan (6 x 45 menit), yaitu :
    a). Siklus I
    Siklus pertama dilaksanakan dengan dua kali pertemuan ( 1 X pertemuan 2 X 45 menit). Pertemuan pertama mempelajari Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya melalui gambar hitam putih kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya yang dibuat guru di papan tulis. Pertemuan ke dua mempelajari menentukan sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya melalui pengamatan gambar yang disiapkan guru pada kertas karton dan selanjutnya  tes akhir siklus I.
    Pertemuan 1 dan 2 Siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut :
    1). Pra Kegiatan
    Menyiapkan peralatan yang diperlukan
    2). Kegiatan Awal (10 menit)
    a.       Siswa berdo’a secara bersama
    b.      Guru mengabsen siswa
    c.       Guru memotivasi siswa dengan beberapa pertanyaan
    d.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
    3). Kegiatan Inti (65 menit)
    a.       Guru menjelaskan pokok materi pelajaran :
    1.      Pertemuan pertama membahas sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
    2.      Pertemuan kedua menentukan bentuk bangun Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.
    b.      Guru membentuk kelompok siswa dalam beberapa kelompok (4 orang) sesuai prinsip model pembelajaran CTL Tipe Konstruktivisme.
    c.       Guru menjelaskan cara kerja kelompok
    d.      Guru membagikan lembar tugas (LKS) pada masing-masing kelompok
    e.       Siswa berdiskusi dalam kerja kelompok dari hasil pengamatan tentang sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya melalui pembelajaran nyata ( kontekstual )
    f.       Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok
    g.      Tiap kelompok diminta untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya
    h.      Guru memberikan penilaian hasil kerja kelompok
    i.        Guru memimpin diskusi dan membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi
    j.        Siswa mengerjakan soal evaluasi
     4). Kegiatan Akhir (15 menit)
    a.  Guru memberikan penilaian hasil tugas individual
    b. Guru menekankan konsep yang jelas tentang hal-hal yang telah dipelajari meminta siswa menulis rangkuman materi.
     c.  Sebelum menutup pelajaran guru memberikan tindak lanjut berupa tugas perbaikan / pengayaan ( Tugas PR ) dan memberi beberapa nasehat kepada anak
    3).  Observasi dan evaluasi tindakan
    Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
    Observasi terhadap aktivitas siswa dalam KBM dengan mengunakan lembar observasi sistematik dan respon siswa terhadap proses pembelajaran
    Penguasaan materi pembelajaran diperoleh dari test hasil belajar dan test selama proses pembelajaran. Seluruh data hasil penelitian dicatat atau direkam untuk dijadikan bahan melakukan refleksi tahap kedua.
    4).  Refleksi akhir
    Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap proses pembelajaran pada siklus I dan dijadikan pertimbangan untuk memasuki siklus ke II. Pertimbangan yang digunakan apabila salah satu dari tiga komponen dibawah ini belum terpenuhi:
    Jika pada siklus I ketuntasan individual belum mencapai 70%
    Jika pada siklus I ketuntasan klasikal belum mencapai 80%
    Bila respon siswa kurang dari 90% menunjang pembelajaran atau lebih dari 10% yang seharusnya tidak dilakukan siswa
    b). Siklus II
    Siklus kedua dilaksanakan dengan dua pertemuan ( 1 X pertemuan 2 X 45 menit). Pertemuan pertama mempelajari Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas melalui penayangan gambar bentuk melalui Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ). Pertemuan kedua Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas melalui proses pengamatan siswa pada tayangan Video visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) serta pemberian model / bentuk bangun kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya dari papan triplek berwarna  dan tes akhir siklus 2.
    Pelaksanaan Penelitian Tindakan Pada Siklus II :
    -Refleksi Awal
    Hasil pembelajaran dari kegiatan siklus I dijadikan pertimbangan  untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran pada siklus  II ini  
    Tahap-tahap Pelaksanaan Tindakan Pada Siklus II
    Siklus kedua dilaksanakan dengan dua kali pertemuan ( 1 X pertemuan 2 X 45 menit), untuk mempelajari Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas melalui pendekatan pembelajaran Contekstual Teaching and Learning Tipe Konstruktivisme.
    Pertemuan 1 dan  2 Siklus 1  meliputi kegiatan sebagai berikut :
    1). Pra Kegiatan
    - Menyiapkan peralatan yang diperlukan
    2). Kegiatan Awal (10 menit)
    a.       Siswa berdo’a secara bersama
    b.      Guru mengabsen siswa
    c.       Guru memotivasi siswa dengan beberapa pertanyaan
    d.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
    3).   Kegiatan Inti (65 menit)
    a.     Guru menjelaskan pokok materi pelajaran :
    -  Pertemuan pertama membahas Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas melalui hasil pembelajaran nyata , siswa mengamati Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) dan diberikan berbagai bentuk benda-benda yang terbuat dari papan berwarna.
    -  Pertemuan kedua membahas Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas melalui hasil pembelajaran nyata , siswa mengamati Video Visual ( CD Pembelajaran Interaktif ) dan diberikan berbagai bentuk benda-benda bangun kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya yang terbuat dari papan berwarna  dengan model pembelajaran CTL Tipe Konstruktivisme dimana dalam pembelajaran situasi yang nyata ( kontekstual siswa dibimbing guru membentuk dan membangun pola pikir siswa ( konstruktif ) berdasarkan tayangan gambar dan bentuk nyata bangun tersebut.
    b.      Guru membentuk kelompok siswa dalam beberapa kelompok (4 orang)
    c.       Guru menjelaskan cara kerja kelompok
    d.      Guru membagikan lembar tugas (LKS) pada masing-masing kelompok
    e.       Siswa berdiskusi dalam kerja kelompok
    f.       Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok
    g.       Tiap kelompok diminta untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya
    h.      Guru memberikan pertanyaan kuis kepada siswa
    i.        Guru memberikan penilaian hasil kerja kelompok
    j.        Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pelajaran
    k.      Siswa mengerjakan soal evaluasi.
    4).  Kegiatan Akhir (15 menit)
    a.  Guru memberitahukan hasil kerja kelompok
    Guru menutup pelajaran dengan memberi beberapa nasehat.

    3.    Pengembangan Instrumen Penelitian.
    Instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar observasi, LKS, dan alat evaluasi hasil belajar ( tes akhir belajar ) yang berpedoman pada indikator masing-masing rencana pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian sebagai berikut :
    a.       Merumuskan indikator pembelajaran berdasarkan rambu-rambu dalam Kurikulum 2006
    b.      Menyusun lembar observasi guru dan observasi siswa
    c.       Menyusun instrumen LKS sesuai dengan topik dan aspek yang dinilai
    b.      Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator masing-masing siklus
    c.       Menyusun draf soal berdasarkan indikator, dilengkapi pula dengan kunci jawaban dan pedoman pemberian skor.
    d.      Meminta pertimbangan dari dua orang guru, terutama menyangkut validasi isi.
    e.       Melakukan revisi instrumen penelitian agar layak untuk digunakan

    4. Faktor yang Diteliti
          Adapun faktor-faktor yang diteliti dalam tindakan Kelas ini adalah :
    1.      Faktor Siswa, yaitu mengamati sejauh mana tingkat ketrampilan siswa
          dalam pengerjaan operasi penjumlahan bilangan bulat.
    2.      Faktor guru, yaitu mengamati bagaimana mata pelajaran dipersiapkan dan bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga mistar bilangan bulat.
    5.  Indikator Keberhasilan
    a. Prestasi / hasil belajar siswa secara perorangan
         Seorang siswa telah tuntas belajar apabila ia telah mencapai skor > 70% atau nilai > 70,00.
    b. Prestasi/hasil belajar siswa secara klasikal
         Suatu kelas telah tuntas belajar apabila kelas tersebut telah mencapai nilai minimal 80% dari jumlah siswa mencapai skor 70,00.
    C.    Teknis Analisis Data
    a.       Sumber Data
    Data penelitian ini diperoleh dari guru mata pelajaran Matematika dan siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jumlah siswa 20 orang terdiri dari 13 orang laki-laki, dan 7 orang perempuan.
    b.                            Jenis Data,
    Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu ketuntasan belajar siswa dan data kualitatif yaitu nilai hasil evaluasi dan observasi kegiatan belajar mengajar
    c.     Cara Pengambilan Data
    1). Data hasil belajar diambil dengan lembar tes akhir kepada siswa pada setiap pertemuan tatap muka di kelas dan setiap akhir siklus untuk selanjutnya dianalisis peningkatan nilai prestasinya.
    2). Data observasi diambil dari lembar observasi terhadap kegiatan guru dan siswa.









    Tidak ada komentar:

    Makalah

    Skripsi

    Tesis