BAB I
PENDAHULUAN
A Latar
Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul
Allah Swt menciptakan manusia untuk
menjadi pemimpin di dunia dengan dilengkapi segenap organ tubuh dan
kesempurnaan, yaitu: akal, emosi, hawa nafsu dan kelengkapan lainnya. Berbagai
kelengkapan tubuh itu menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk Allah lainnya
apabila manusia mampu memfungsikan segala potensi sesuai dengan proporsinya.
Namun, apabila manusia menyalahgunakan kelengkapan dan potensi yang diberikan
Allah itu manusia menjadi makhluk yang rendah dan bahkan lebih rendah dari
binatang sekalipun.
Abad 21 merupakan abad pengetahuan
dimana pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Abad
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi dan lapangan kerja. Potensi yang ada pada manusia, selayaknya
difungsikan dan ditumbuhkembangkan sesuai dengan proporsinya, manusia akan
mampu menjalankan fungsinya apabila membekali diri dengan ilmu pengetahuan.
Allah Swt berfirman dalam Alquran surat
Al-‘Alaq ayat 1-5, sebagai berikut:
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ
t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ
ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ
Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ
zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
[1]
Dari ayat di atas dapat diambil
pelajaran bahwa manusia harus belajar, salah satunya lewat jalur pendidikan
formal. Pendidikan merupakan suatu program dan kerja terpenting dalam kehidupan
manusia. Karena dengan pendidikan dapat membentuk manusia yang berpengetahuan,
berkepribadian dan memiliki keterampilan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia ke arah yang
lebih positif. Karena melalui pendidikan seseorang dapat menggali ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya sehingga mampu berperan aktif di tengah-tengah
kehidupan.
Bangsa
yang berperadaban tinggi akan membuat kemajuan bagi negaranya. Pendidikan
merupakan syarat mutlak untuk mencapai kemajuan dalam suatu bangsa. Maju
mundurnya suatu bangsa dan negara tergantung kepada maju tidaknya pendidikan
pada bangsa itu sendiri.
Untuk
itu pendidikan dilakukan sebagai suatu usaha untuk perkembangan pribadi dan
kemajuan manusia sesuai dengan tuntutan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu : "Bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".[2]
Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka peningkatan mutu pendidikan adalah merupakan usaha yang sangat penting.
Hal ini bisa dilihat dari adanya pembaharuan di dalam kurikulum, peningkatan
kualitas guru, pengadaan buku-buku pengajaran dan pengadaan sarana dan fasilitas
belajar.
Kualitas pendidikan merupakan salah
satu pilar keberhasilan pembangunan nasional. Pendidikan yang berhasil dan
berkualitas menjadi andalan utama dalam upaya pembangunan sumber daya menjadi
penggerak dan penerus perjuangan dan pembangunan bangsa, sehingga dapat
dikatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang
berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat sekolah/madrasah merupakan titik
srategis dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas.
Fenomena yang ada menunjukkan bahwa
proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah belum mencapai hasil yang
diharapkan. Sekolah yang bersangkutan belum dapat melaksanakan fungsi dan
tugasnya masing-masing secara maksimal.
Demikian juga faktor-faktor
penunjang yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sementara disisi
lain upaya peningkatan mutu merupakan hal tidak bisa ditunda-tunda lagi,
mengingat bangsa kita berada di tengah-tengah pergaulan dunia global yang penuh
dengan keterbukaan dan persaingan.
Udin
syarifudin W, menegaskan bahwa proses belajar mengajar dikatakan efektif bila
berhasil guna, mendatangkan hasil yang sangat bermanfaat bagi para siswa.
Kemanfaatan proses belajar mengajar itu dapat dilihat dari timbulnya perubahan
dalam diri siswa sebagai akibat belajar, yakni perubahan dari aspek kognitif,
efektif, psikomotorik. Proses belajar mengajar itu dapat memberi nilai tambah
atau nilai lebih pada ketiga aspek atau ranah tersebut.[3]
Secara lebih ekspliset diantara
masalah yang sering dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
sehari-hari di sekolah adalah bahwa proses belajar mengajar belum mencapai
tingkat efektivitas dan efesiensi yang maksimal, sehingga hasil yang dicapai
belum sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu yang nampak jelas adalah
pada pembelajaran bahasa Inggris, bahasa Inggris dianggap hantu yang cukup
menakutkan bagi sebagian besar siswa terutama dalam menghadapi UN. Kesulitan
belajar bahasa Inggris dikelas tigas keatas pada umumnya dikarenakan tidak
menguasai konsep dasar kosa kata, gramatika, menerjemahkan, bahkan yang lebih
parah lagi adalah dalam bidang berbicara.
Kondisi
ini akan tanpak lebih jelas dan mencolok jika kita membandingkan antara proses
belajar mengajar yang berlangsung di sekolah-sekolah unggulan dengan pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan di madrasah-madrasah yang kurang difavoritkan.
Madrasah Aliyah
dalam kegiatannya sehari-hari dilapangan banyak menghadapi permasalahan dalam
pembelajaran bahasa Inggris, khususnya dalam bidang berbicara. Salah satu sebab
diantaranya adalah guru pengajar mata pelajaran bahasa Inggris yang mempunyai
latar belakang pendidikan dan kompetensi yang kurang sesuai dengan bidang
tugasnya.
Sering di
jumpai guru madrasah aliyah yang mengajar mata pelajaran bahasa Inggris kurang
memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran, dan yang terparah
adalah adanya guru bahasa Inggris yang kurang mengerti bahasa Inggris,
khususnya dalam bidang bercakap-cakap dengan bahasa tersebut. Hal tersebut akan
berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
pada akhirnya tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
Padahal kunci utama di dalam peningkatan
kualitas pendidikan ialah mutu/ kualifikasi para gurunya.[4]
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mahmud Yunus bahwa rencana pengajaran yang
baik, peraturan sekolah yang bagus, gedung besar yang indah dan alat perkakas
yang cukup semuanya itu tidak lebih penting dari guru, bahkan guru lebih
penting dari semuanya itu dalam pendidikan dan pengajaran.[5]
Faktor lain
yang mempengaruhi efektifitas dan efeisensi pelaksanan pembelajaran Bahasa
Inggris adalah kurang lengkapnya sarana penunjang pembelajaran Bahasa Inggris tersebut. Demikian pula Madrasah
Aliyah relative tidak mempunyai media atau alat paraga pelajaran yang mamadai
untuk tiap-tiap guru mata pelajaran, padahal alat-alat peraga dan media serta
kelengkapan buku-buku pelajaran tersebut sangat diperlukan untuk dapat
memotivasi dalam belajar, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan
mereka terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Penggunaan
media pembelajaran sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada murid-murid dan juga membantu murid dalam belajar.
Menurut
Kemp dan Dayton yang dikutip oleh Aristo Rahadi, mengemukakan bahwa manfaat
media dalam pembelajaran adalah penyampaian materi pembelajaran dapat
diseragamkan, pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, pembelajaran lebih
interaktif, efisiensi waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa, media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja,
media dapat menumbuhkan sifat positif siswa terhadap materi dan proses belajar
serta merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.[6]
Apabila
komponen-komponen yang telah disebutkan tidak sesuai dapat difungsikan secara
maksimal maka akan menghambat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang
berarti pula akan kurang dapat mencapai tujuan secara maksimal. Namun, apabila
seluruh komponen itu dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya masing-masing tentu
akan tercipta suatu proses pembelajaran yang lancar, komonikatif, serta berdaya
guna dan berhasil guna, sehingga tujuan akhir pendidikan dapat dicapai secara
bertahap.
Problematika proses
pembelajaran berdasarkan pengamatan penulis seperti yang telah dijelaskan di
atas terjadi dan di alami pula oleh MAN Pugaan Kabupaten Tabalong yang masih
mengalami masalah dan hambatan pada mata pelajaran bahasa Inggris dalam bidang
berbicara, diantaranya masalah yang paling utama adalah rendah/kurangnya minat,
motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar, di samping itu latar kompetensi
guru yang tidak sesuai dengan bidang tugas, serta kurang lengkapnya sarana
penunjang pembelajaran di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong. Padahal kesulitan belajar semacam ini mempengaruhi hasil
dan prestasi belajar siswa, yang berdampak pada rendahnya kualitas output
institusi, yang nantinya kesulitan menghadapi UN.
Bertitik tolak
dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji hal ini secara
lebih mendalam untuk mengetahui problematika belajar bahasa Inggris dalam
bidang speaking yang dialami oleh para siswa MAN Pugaan, dengan mengangkat
sebuah judul: "PROBLEMATIKA SISWA KELAS X BELAJAR SPEAKING DALAM MATA
PELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA MAN PUGAAN KABUPATEN TABALONG.”
Agar tidak
terjadi kesalahpahaman pengertian terhadap judul, maka penulis mengetengahkan
penegasan istilah yang terdapat pada judul di atas:
1. Problematika
Problematika
berasal dari kata problem. Problem adalah masalah atau persoalan, sedangkan
problematika adalah masih menimbulkan masalah atau masalah yang belum
dipecahkan.[7]
2. Belajar
Belajar adalah
proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap.[8]
3. Speaking
Speaking merupakan salah satu dari
keterampilan berbahasa Inggris, yaitu keterampilan berbicara.
Jadi,
yang penulis maksudkan dari judul di atas adalah mengetahui berbagai masalah atau
persoalan yang dialami siswa kelas
X dalam belajar berbicara dengan bahasa Inggris pada Mata Pelajaran Bahasa
Inggris di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong, serta apa saja faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini
adalah :
1.
Apa saja problematika siswa kelas X dalam belajar speaking pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi problematika siswa
kelas X dalam belajar speaking pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong?
C. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan
penulis memilih judul tersebut di atas adalah :
1.
Mengingat bahwa suatu problem dalam belajar, khususnya
dalam bidang speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris merupakan hambatan
untuk mencapai suatu keberhasilan belajar speaking pada mata pelajaran bahasa
Inggris itu sendiri.
2.
Mengingat speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris
merupakan salah satu bidang dari pelajaran bahasa Inggris yang sangat penting,
karena speaking mengajarkan siswa berbicara bahasa Inggris, dan keterampilan
berbicara merupakan keterampilan yang penting dalam berbahasa.
3.
Problematika dalam bidang belajar speaking pada mata
pelajaran bahasa Inggris sangat mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa
pada bahasa Inggris itu sendiri.
4.
Kesulitan dalam bidang speaking pada mata pelajaran
bahasa Inggris tampak jelas dari menurunnya prestasi belajar, serta menurunnya
kelainan perilaku yang ditandai dengan adanya rasa takut mengikuti pelajaran
bidang speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.
Untuk mengetahui problematika siswa
kelas X dalam belajar speaking pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi problematika
siswa
kelas X dalam belajar speaking pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong.
E. Signifikasi
Penelitian
Dilaksanakan
Setelah penelitian ini selesai maka diharapkan nantinya berguna untuk :
1.
Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah untuk usaha
pembinaan guru dan siswa secara baik dan
bijaksana agar dapat meningkatkan mutu pelaksanaan pembelajaran terutama pada
mata pelajaran Bahasa Inggris khususnya
dan mata pelajaran lain pada umumnya.
- Bahan informasi bagi pihak yang terkait, khususnya guru mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka mengatasi problematika belajar yang dialami oleh siswa.
3.
Sebagai
informasi awal untuk peneliti yang lain apabila nantinya melakukan penelitian
yang serupa untuk memperdalam penelitian ini.
F. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Mata Pelajaran Bahasa Inggris merupakan
salah satu mata pelajaran terpenting dalam pendidikan di berbagai jenjang
pendidikan, tidak tekecuali di madrasah Aliyah. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
merupakan salah satu mata pelajaran yang disertakan dalam Ujian Nasional (UN).
Mata pelajaran bahasa Inggris
mengarahkan siswa untuk mengenal dan mempelajari bahasa Inggris sehingga
memiliki keterampilan berbahasa Inggris, salah satunya adalah keterampilan
berbicara, atau sering disebut dengan speaking.
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Inggris di madrasah Aliyah dalam bidang speaking sangat
penting, karena melatih siswa berbicara dalam bahasa Inggris, sehingga siswa
terbiasa berbicara, bercakap-cakap dalam bahasa Inggris.
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Inggris di madrasah Aliyah dalam bidang speaking tidak akan
mencapai tujuan yang diharapkan apabila dalam proses pembelajarannya terdapat
problematika.
Problematika belajar bahasa Inggris di madrasah Aliyah dalam bidang
speaking
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut,
a. Faktor
intern
1) Latar
belakang pendidikan
2) Minat
3) Motivasi
4) Perhatian
5) Aktivitas
b. Faktor ekstern
1) Faktor
guru
2) Faktor
sarana dan prasarana
3) Faktor
lingkungan
3. Hipotesis
Berangkat dari anggapan dasar di atas, maka dapatlah
dirumuskan hipotesis bahwa siswa kelas X dalam belajar speaking pada Mata Pelajaran
Bahasa Inggris di MAN Pugaan Kabupaten Tabalong terkadang mengalami problem. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh bebarapa faktor yang terkait didalamnya, seperti :
a. Faktor
intern
1) Latar
belakang pendidikan yang kurang mendukung
2) Minat
yang kurang mendukung
3) Motivasi
yang kurang mendukung
4) Perhatian
yang kurang mendukung
5) Aktivitas
yang kurang mendukung
b. Faktor ekstern
1) Faktor
guru yang kurang mendukung
2) Faktor
sarana dan prasarana yang kurang mendukung
3) Faktor
lingkungan yang kurang mendukung
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah memahami pembahasan
ini maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab
yaitu sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan berisi tentang latar
belakang masalah dan penegasan judul, perumusan masalah, alasan memilih judul,
tujuan penelitian, signifikansi penelitian, anggapan dasar dan hipotesis serta
sistematika penulisan.
Bab II, Landasan teori tentang problematika belajar
speaking pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris pengertian problematika belajar
speaking, problematika belajar speaking, tujuan belajar speaking,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar speaking.
Bab III. Metode penelitian yang memuat
tentang populasi dan sampel data dan sumber data, teknik pengumpulan data,
kerangka dasar penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data, serta
prosedur pelaksanaan penelitian.
Bab IV berisi laporan hasil penelitian
yang memuat tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan
analisis data.
Bab V, Penutup yang memuat kesimpulan
dan saran-saran yang dilengkapi dengan daftar pustaka serta beberapa lampiran.
[1] Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya,
(Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006), h. 904.
[2] Undang-undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Dinas Pendidikan Nasional, 2003), h. 6.
[3] Udin
Syarifuddin Winaputra, dkk, Psikologi
Pendidikan, Dirjen Bimbaga Islam Departemen Agama RI dan Universitas
Terbuka, Jakarta, 1991, hal. 100.
[4]H. A. R. Tilaar, Paradigma
Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 4.
[5]Mahmud Yunus, Pokok-Pokok
Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Hidayakarya Agung, 2006), h. 60.
[6] Aristo Rahadi, Media
Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2004), h. 13.
[7]Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1994), h. 701.
[8]W.J.S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka,
1981), h. 965.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar